Selasa, 16 Februari 2010

Pendidikan Islam : Proteksi Anak Terhadap Globalisasi Infomasi



Ketika melihat pemberitaan di televisi akhir-akhir ini tentang ada dan ada lagi anak yang lari (dilarikan) dari rumah oleh teman (pacar)nya di dunia maya membuat getir hati kita sebagai orang tua.  Kemajuan tehnologi yang berkembang begitu pesat dan didukung dengan program pemerintah upaya agar rakyat indonesia tidak gaptek dengan perluasan jaringan internet hingga bisa diakses bahkan sampai di pelosok paling terpencil dari bumi indonesia ini tentu disadari akan menimbulkan ekses.  Dan perkembangan pemakaian teknologi internet di Indonesia saat ini memang meningkat sangat luar biasa, terutama pemakai situs jejaring sosial facebook yang di dunia menempati peringkat ke 4 terbanyak pemakai situs tersebut.  Terlepas dari kontroversi awal tentang haram atau halal facebook, sekarang situs ini sudah memakan korban anak-anak kita.  Teknologi memang tidak bisa dibendung, fasilitas dan akses terbuka luas ke dunia maya.  Globalisasi informasi menyebabkan perubahan gaya hidup dan berfikir pada anak-anak kita yang cenderung meniru, tak heran lagi jika melihat mereka merubah pola hidup dan tingkah laku hingga hobi yang dimunculkan, sarat dengan nuansa western. Hidup dengan gaya dan pola inilah yang saat ini cendrung digandrungi anak-anak muda dengan slogan ‘Gaul’nya, akan terasa tak bermakna hidup yang mereka lalui jika tak mengikuti trend zaman, sehingga cara berbicara, bergaul dan berjalanpun akan mereka warnai dengan sifat dan prilaku zaman. Sungguh sangat riskan kiranya, bila kita tak asing lagi melihat anak muda (wanita khususnya) mempertontonkan pusarnya dengan pakaian ketat sehingga memunculkan hasrat ingin meraba dari kaum adam. Akhirnya kita akan bertanya dimana lagi letak norma dan sikap hidup ketimuran yang selama ini kita banggakan?

Dominasi (tidak dominasi) Suami Atas Istri

Semalam ada sedikit kesalahpahaman antara aku dan istriku, persoalan yang biasa dialami oleh semua pasangan suami istri yaitu egoisme masing-masing dan merasa diri paling benar. Dan seperti biasanya semua dapat kita selesaikan dan kita jalani sisa malam bersama.  Tetapi ada hikmah yang luar biasa yang aku ambil dari pembicaraan kami. Pembicaraan kami sempat menyinggung tentang proporsi dan dominasi suami terhadap istri dalam sebuah rumah tangga.  Suami adalah imam dalam keluarga, jadi dialah pemimpin yang bertanggung jawab terhadap arah jalan keluarga yang kami analogikan sebagai sebuah kereta api yang mana dialah masinis kepala yang bersama istri mengendalikan jalannya lokomotif yang membawa gerbong dengan nama anak-anak.  Keyakinan, tekad, dan visi itulah relnya, yang mana harus terus sejalan, searah sampai diujung pemberhentian terakhir kereta tersebut.  Yang sering terjadi persoalan ada di lokomotif, disanalah dibutuhkan kebijakan dalam berbagi peran antara suami dan istri.  Dalam budaya kita yang patriarki dimana dominasi suami terhadap istri dalam rumah tangga sering memunculkan arogansi dari para suami.

Senin, 15 Februari 2010

Tetaplah Jadi Dirimu Sendiri


Kisah dibawah ini penting sekali ketika kita menghadapi keadaan yang serba salah dan selalu dianggap salah oleh masyarakat yang beragam ini. Kita memang harus mendengarkan pendapat orang lain, tapi kita juga harus bisa menjadi diri kita sendiri disaat jalan atau tindakan kita itu benar, hidup harus punya prinsip dan keyakinan sehingga tidak mudah terombang ambing ombak kehidupan.