Rabu, 06 Januari 2010

Hai...Umar Bakery



Umar Bakri pegawai negeri.....yah itulah julukan yang diberikan oleh kang iwan kepada mereka para guru dalam sebuah lagunya. Guru, pahlawan tanpa tanda jasa, dari mereka terlahir berjuta-juta anak bangsa dengan bermacam-macam rupa....ada yang pinter beruntung bisa jadi menteri, yang pinter tidak beruntung tetep jadi rakyat saja bengong melihat mobil mewah para menteri, apalagi yang bodo...tapi yang bodo yang saking bodonya si umar bakri sampai bosen ngajar dia karena tidak naik-naik kelas, eee dasar bejo plus untung malah sekarang kaya luar biasa dan yang pinter-pinter itu cari makan darinya.
Guru, sebuah pekerjaan yang identik dengan pengabdian, profesi yang bisa menjadi pembenaran akan keadaan yang serba pas-pasan, agak kekurangan, setengah miskin, yang ironis dengan pengabdiannya. Dulu orang tidak ada yang terheran-heran+geleng kepala ketika ada guru yang nyambi tukang ojek. Atau ketika ada orang yang terjepit hutang untuk membayar biaya kuliah anaknya dan ketika ditanya kerjaanya, jawabnya "maklum mas guru gajinya berapa nguliahin anak dua". Ketika suatu ketika orang melihat ada guru punya rumah bagus, punya mobil tahun terbaru, mereka malah bingung, diperberbincangkan dimana-mana, kasak kusuk di arisan ibu-ibu sampai tongkrongan pos ronda. Jangan-jangan punya pesugihan, atau itu sih warisan orang tuanya, atau ngepet, atau korupsi buku, atau.......
Tapi itu dulu, jaman belum ada sertifikasi.......

Kuda dan keledai


Disebuah kerajaan keramat dalam sejarah entah berantah diceritakan sedang terjadi kerepotan. sang raja sedang kebingungan bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk dimana hanya bisa diselesaikan oleh kuda terbang atau kuda sembrani, padahal jumlah kuda sembrani dikerajaan itu hanya ada beberapa ekor saja dan usianyapun rata-rata sudah tua sedang yang muda belum cukup kuat dan bertanggungjawab untuk melakukan pekerjaan. Pikir punya pikir sang raja memanggil penasehat istana yang terkenal punya kesaktian tinggi. Akhirnya disarankan oleh sang penasehat untuk memperkerjakan kuda dan keledai saja yang punya kekuatan dan kemampuan seperti kuda sembrani. Dan dengan kesaktian sang penasehat maka kuda dan keledai itu diberinya sayap selayaknya kuda sembrani. Tapi yang namanya sihir tentu tidaklah abadi, sayap kuda dan keledai itu hanya bertahan 1 tahun dan setelah itu membutuhkan mantra baru dari sang penasehat untuk menumbuhkanya kembali. Kuda dan keledai tentu sangat gembira karena memang menjadi kuda sembrani adalah impian semua jenis kuda di kerajaan ini, punya kekuatan, kecepatan dan bisa terbang. Apalagi oleh sang penasehat dikatakan kalau suatu saat nanti bisa bekerja dengan bagus maka setelah lewat 5 tahun sayapnya bisa menjadi abadi sehingga mereka menjadi kuda sembrani yang sebenarnya. Kuda dan keledai bekerja dengan semangat layaknya kuda sembrani bahkan semua pekerjaan diselesaikan semua termasuk jatah pekerjaannya si kuda sembrani. Waktu terus berjalan, tahun demi tahun berlalu dan kerajaan sudah tidak pernah lagi mengalami masalah dalam pekerjaan, semua tertata dan terselesaikan dengan baik oleh kuda dan keledai, mereka memang bisa diandalkan. Sang raja sangat puas dan begitu terkesan oleh pekerjaan kuda dan keledai, dia bertekat akan meminta sihir sang penasehat untuk menjadikan kuda dan keledai menjadi kuda sembrani seperti yang pernah dikatakannya dulu. Kuda sembrani pada awalnya memang merasa sangat terbantu dan merasa senang, bisa banyak istirahat karena tinggal perintah saja pekerjaannya sudah pasti beres, kuda dan keledai memang benar-benar menjadi tulang pungung kerajaan.